Senin, 10 April 2017

4 Pelatih Terbaik Indonesia Sepanjang Masa

1. Toni Pogacnik
Selain menjadi pelatih terlama bagi tim nasional Indonesia, pelatih berkebangsaan Yugoslavia tersebut merupakan salah satu pelatih terbaik Garuda sejauh ini. Bagaimana tidak? Sejumlah pencapaian mengagumkan sukses diraih oleh Tony semasa menjabat sebagai pelatih.
Sebut saja sukses menjuarai Piala Asia Muda (kini Piala Asia U-19) bersama Myanmar (1961),  mencapai babak semifinal Asian Games Manila (1954), bermain imbang 0-0 melawan Uni Soviet pada babak perempat-final di Olimpiade Melbourne (1956) dan sebuah medali perunggu di ajang Asian Games 1958 (Tokyo) menjadi raihan terbesarnya.
Tak hanya itu, dirinya juga berhasil membangun kekuatan menakutkan di skuat tim nasional kala itu. Buktinya, pada tahun 1962 Jopie Leepel cs dapat mencapai standar kekuatan tim internasional (Tempo, 1972).

Hasil-hasil manis tersebut adalah buah dari kerja keras sang pelatih. Sejak diberi amanat oleh Presiden Soekarno untuk menangani timnas, Pogacnik langsung mencari bakat-bakat sepakbola ke seluruh pelosok daerah. Selain itu, ia mengerti bagaimana memanfaatkan pemain-pemainnya yang terbilang pendek agar tetap mampu bersaing dengan tim-tim kuat, baik di Asia maupun Eropa.
Sayangnya, skandal suap yang melibatkan para pemainnya di bulan Januari 1962 silam membuat Pogacnik kehilangan mimpinya untuk bisa membangun sebuah tim yang benar-benar diperhitungkan di level dunia.

2. Anatoli Polosin
Gelar juara SEA Games 1991 yang berhasil diraih oleh tim nasional Indonesia adalah berkat tangan dingin Anatoli Polosin. Bersama dengan dua asistennya, Danurwindo dan Vladimir Urin, pelatih asal Rusia tersebut berhasil membuat skuat Merah Putih menampilkan permainan cemerlang. Setali tiga uang dengan Toni Pogacnik, dia memberlakukan metode latihan cukup keras. Dibawah arahannya, timnas dipaksa bermain dengan intelejensi serta ketahanan fisik yang tinggi. Tak ayal di awal masa kepelatihan Polosin, sejumlah pemain memilih untuk kabur dari pelatnas, di antaranya Fachry Husaini, Ansyari Lubis dan Eryono Kasiha. Pada tiga pertandingan persahabatan pertama, Ferri Hattu cs memang menjadi lumbung gol. Mereka kalah dari Malta (3-0), Korea Selatan (3-0) dan Mesir (6-0). Namun, semua itu tak dipermasalahkan olehnya, Polosin  justru puas dengan perkembangan fisik para pemain.
Barulah semua metode pelatihannya tersebut membawa hasil ketika Indonesia berlaga di ajang SEA Games 1991 Manila, Filipina. Garuda membabat satu persatu lawan, sebut saja Malaysia (2-0), Vietnam (1-0), Filipina (2-1), Singapura (menang adu penalti) dan terakhir di laga final melawan Thailand (4-3 lewat adu penalti).

3. Endang Witarsa
Endang Witarsa juga termasuk pelatih terbaik tim nasional sejauh ini. Bersama dengan pria yang meninggal pada 2 April 2008 tersebut, Indonesia sukses meraih sejumlah gelar prestisius. Di antaranya, Piala Raja Thailand (1968), Merdeka Games Malaysia (1969), Pesta Sukan Singapura, Anniversary Cup (1972) dan Agha Khan Cup Pakistan (1972).
Kedigdayaan skuat Garuda di era 1970-an memang tak lepas dari kedisiplinan yang diterapkan olehnya. Pria yang memiliki gelar dokter ini pun dikenal sebagai pelatih keras yang disiplin.
Selain memberikan prestasi gemilang, ia juga tercatat melahirkan pemain-pemain bintang. Anwar Ujang, Bambang Sunarto dan Widodo C Putro adalah sejumlah nama yang merupakan hasil binaannya.


4. Bertje Matulapelwa
Pria yang lahir di Ambon ini bisa dibilang sebagai salah satu dari sedikit pelatih lokal yang bisa masuk dalam kategori terbaik. Semasa ia melatih, tim nasional sukses menorehkan tinta emas di ajang SEA Games 1987 silam.
Ia dipercaya membentuk skuat baru selepas kekalahan telak 7-0 dari Thailand di SEA Games 1985. Untuk memantapkan permainan timnya itu, Bertje memanggil pemain-pemain berbakat di era Galatama dan Perserikatan, seperti Ricky Yakobi, Robby Darwis dan Ribut Waidi.
Di balik penampilan luar biasa anak-anak asuhnya kala itu, sebetulnya masalah tengah menyelimuti klub-klub nasional. Kesulitan ekonomi mendera klub-klub lokal yang berkompetisi. Namun, Bertje akhirnya mampu menyuntikkan semangat kepada skuatnya tersebut.

Akhirnya Yacobi cs sanggup bermain tanpa memikirkan uang sepeserpun. Dengan semangat nasionalisme mereka juga mampu mempersembahkan yang terbaik untuk negaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar